Laros Media – Seorang pemuda bernama Rusdi (17) Aremania asal Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo menolak pulang ke rumah dan menetap di Stadion Kanjuruhan hingga Rabu, 12 Oktober 2022 pascakerusuhan.
Alasan penolakan pulang Rusdi ini karena diduga trauma dengan Tragedi Kanjuruhan yang menurut informasi telah menewaskan ketiga temannya sesama Aremania.
Sejak kerusuhan itu terjadi, terhitung sudah 11 hari Rusdi menetap di Stadion Kanjuruhan seorang diri.
Baca Juga: Bertambah Satu Orang, Total Korban Meninggal Akibat Tragedi Kanjuruhan Menjadi 132 Orang
Melalui informasi yang didapat oleh Tim Laros Media, menurut Ibu Tin (59), penjual kopi di area Stadion Kanjuruhan, korban menonton sepak bola bersama dengan tiga temannya.
“Sama saya korban ini ngomong, datang ke stadion sama tiga temannya. Nah, tiga orang temannya ini meninggal dunia semua. 1 cewek, 2 laki-laki. Tinggal dia sendiri,” tuturnya.
Ibu Tin juga menuturkan bahwa dirinya telah menawarkan berbagai pertolongan untuk Rusdi, tetapi selalu ditolak.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Polri: Gas Air Mata Tidak Bersifat Mematikan Menurut Pendapat Para Ahli
“Kalau mau buang air ke sini mas. Saya tanya, pulang lah nak, tiga temanmu sudah tiada. Tapi jawabnya nggak mau pulang, masih merasa ia bersama teman-temannya dan menunggu temannya yang meninggal itu,” ujar Bu Tin.
“Sudah saya bilang agar pulang, tapi dia bersikukuh menunggu temannya. Kalau ngopi di sini saya gratiskan juga gak mau. Alasannya kalau pulang katanya takut sama kakaknya. Dia kan anak yatim piatu juga, kasihan saya mas,” tutur Bu Tin menahan tangis.
Selama 11 hari di Stadion Kanjuruhan, Rusdi menghabiskan waktunya dengan berkeliling. Berjalan dengan tatapan kosong.
Terkadang Rusdi tidur di depan pintu utama stadion, dan di patung kepala singa segar.
Sementara itu, Sub Kordinator Monev dan Pelayanan Medis RSUD Kanjuruhan, Lukito Condro bersama Psikolog RSUD Kanjuruhan, Hardiono menjelaskan, pihaknya telah ditugaskan langsung ke Stadion untuk mencari keberadaan Rusdi dan memberikan pendampingan langsung.
Artikel Terkait
Salah Satu Korban Anggota Polisi Tragedi Kerusuhan Kanjuruhan Bripka Andik, Ternyata Santri Pengusaha Tambak
Washington Post Sebut Ada 40 Tembakan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Bagaimana Penjelasan Polri?
Apakah Benar Bonek Dilarang ke Malang? Klarifikasi Dadang Aremania Terkait Kerusuhan Kanjuruhan di Mata Najwa
TGIPF Memberikan Kesimpulan Sementara Bahwa Stadion Kanjuruhan Tidak Layak Untuk Menggelar Laga Risiko Tinggi
Tragedi Kanjuruhan Menewaskan 131 Orang, Polri Sebut Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan Tidak Mematikan
Polresta Malang Sujud Bersama dan Minta Maaf Atas Tragedi yang Terjadi di Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022
Polri Verifikasi Gas Air Mata Kedaluwarsa Bukan Penyebab Meninggalnya Korban Kanjuruhan, Ternyata Ini Sebabnya
Hari Ini TGIPF akan Panggil PSSI dan PT LIB Untuk Diperiksa dan Diminta Klarifikasi Terkait Tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan, Polri: Gas Air Mata Tidak Bersifat Mematikan Menurut Pendapat Para Ahli
Bertambah Satu Orang, Total Korban Meninggal Akibat Tragedi Kanjuruhan Menjadi 132 Orang