Laros Media - Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A mengeluhkan turunnya jumlah pesanan baju ke luar daerah menjelang Ramadan tahun ini. Padahal, bulan suci Ramadan tinggal menghitung hari.
Salah satu pedagang mukena Mutia, 32, di Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku menjelang bulan suci Ramadan, penjualan barang dagangannya masih sepi pembeli.
“Memang kelihatannya ramai, tapi jumlah pembeli turun drastis dari tahun lalu. Pesanan dari luar kota juga tidak sebanyak tahun lalu,” katanya seperti dikutip Antara, Selasa (21/3).
Kios-kios di Blok A Pasar Tanah Abang memang terlihat ramai, namun tidak terlalu padat pada H-2 Ramadhan 1444 Hijriah. Senada dengan itu, kurir di Blok A Pasar Tanah Abang, juga merasakan penurunan pengiriman barang yang biasanya ramai dari luar Pulau Jawa.
Setelah PPKM Dicabut, Jokowi Bareng Heru Blusukan ke Pasar Tanah Abang Umumnya, baju-baju asal Tanah Abang dipasarkan kembali di luar Pulau Jawa, umumnya Palembang, Bengkulu, Padang, hingga Papua, bahkan diekspor hingga kawasan Timur Tengah.
Salah satu kurir, Aceng, 48, mengaku biasanya jumlah pesanan baju pada tahun lalu mencapai 200 lusin, kini hanya berkisar 70 lusin untuk sekali pengiriman. Aceng mengatakan pedagang luar kota biasanya sudah memesan baju sejak 1-2 bulan sebelum Ramadhan.
Selain itu, ia juga merasakan turunnya jumlah pelanggan luar kota hingga 70 persen. “Pedagang-pedagang baju di Kalimantan dan Sulawesi yang biasanya datang ke sini, tahun ini sudah tidak berdagang baju lagi, banyak yang alih usaha karena tergerus belanja daring (online),” kata Aceng.
Baca Juga: Mahasiswi UI Menjadi Korban Pelecehan Seksual Saat Melintas di Jalan Kukusan Depok
Jokowi Awali 2023 dengan Tinjau Ekonomi Riil di Pasar Tanah Abang
Dampak dari penurunan pemesanan baju luar kota akhirnya juga berimbas kepada porter atau jasa angkut. Jumlah porter di Blok A Pasar Tanah Abang sendiri diperkirakan mencapai seribu orang.
Salah satu porter, Suheli, 35, mengaku hanya mengantongi upah paling banyak Rp100 ribu sehari dalam satu bulan terakhir.
“Tahun lalu paling banyak bisa sampai Rp 200 ribu sehari. Kemarin-kemarin pernah dua hari tak dapat (upah) ngangkut,” katanya.***
Artikel Terkait
No Counter deh, The power of emak-emak di Bengkulu hancurkan Warung Remang-remang, Ini Videonya
Waduh Usai Nasabah Ngamuk Gegara Uangnya Hilang, BTN Malah Saranin Jaga Identitas, Gimana Sih?
Takut Hamil! Siswi SMP Asal Padang Dibawa Kabur Pacar, Dibunuh dan Dikubur di Dapur dengan Kedalaman 50 Cm
Macet Menjelang Nyepi dan Ramadhan, Volume Kendaraan Penumpang dari Pelabuhan Gilimanuk Bali Meningkat Drastis
Sempat Bikin Geger, Begini Kata Warga Usai Temukan Koper Merah Berisi Tubuh Manusia di Bogor
Mahasiswi UI Menjadi Korban Pelecehan Seksual Saat Melintas di Jalan Kukusan Depok
Mandi Balimau: Tradisi Penyucian Diri di Minangkabau Sebelum Puasa Ramadhan, Berikut Tata Cara Pelaksanaannya